cover
Contact Name
Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si
Contact Email
wilda.hafny@usu.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
dentika_journal@usu.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Dentika Dental Journal
ISSN : 1693671X     EISSN : 2615854X     DOI : -
Core Subject : Health,
d e n t i k a DENTAL JOURNAL is one of the journals managed by TALENTA Universitas Sumatera Utara which first published in 2015. This is an online scientific journal that publishes articles and scientific work from Researches, Case Reports and Literature Reviews in Dentistry and Dental Science. The scopes are varied from Dental Surgery, Dental Forensics, Oral Biology, Oral Medicine, Dental Public Health and Preventive Dentistry, Paediatric Dentistry, Dental Materials and Technology, Conservative Dentistry, Orthodontics, Periodontics, Prosthodontics, to Dental Radiology.
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol. 17 No. 3 (2013): Dentika Dental Journal" : 20 Documents clear
PERBEDAAN SENSITIVITAS PENGECAPAN PADA MASA OVULASI, MENSTRUASI, DAN PASCAMENOPAUSE: DIFFERENCES OF TASTE SENSITIVITY IN OVULATION, MENSTRUAL, AND POSTMENOPAUSAL PHASE Shanty Chairani; Agista Putri; Siti Rusdiana
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 3 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.951 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i3.1698

Abstract

Sensitivitas pengecapan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor hormonal. Estrogen merupakan hormon steroid yang kadarnya mengalami fluktuasi pada masa tertentu dalam kehidupan wanita. Kadar estrogen berada pada level tertinggi sesaat sebelum fase ovulasi, mengalami penurunan pada fase menstruasi, dan berhenti produksinya pada masa pascamenopause. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sensitivitas pengecapan wanita pada masa ovulasi, menstruasi, dan pascamenopause. Subyek penelitian terdiri atas 36 wanita yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok wanita masa ovulasi, kelompok wanita masa menstruasi, dan kelompok wanita masa pascamenopause. Pengujian dilakukan dengan menggunakan empat jenis larutan rasa, yaitu rasa manis, asin, asam, dan pahit dengan berbagai konsentrasi. Larutan rasa diaplikasikan pada lidah subjek dengan menggunakan cotton buds. Total skor sensitifitas pengecapan dihitung pada ketiga kelompok untuk tiap rasa dan keseluruhan rasa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan sensitivitas pengecapan yang signifikan antara kelompok wanita pada masa ovulasi dan menstruasi dan kelompok wanita pada masa ovulasi dan pascamenopause (p< 0,05). Sementara antara kelompok wanita pada masa menstruasi dan pascamenopause tidak ditemukan perbedaan sensitivitas pengecapan yang signifikan (p> 0,05). Sebagai kesimpulan, wanita pada masa ovulasi memiliki sensitivitas rasa yang lebih tinggi dibandingkan wanita pada masa menstuasi dan pascamenopause.
EFEK KHLORHEKSIDIN BENTUK LARUTAN DAN GEL TERHADAP KEKUATAN PERLEKATAN BREKET ORTODONTI LOGAM: EFFECTS OF CHLORHEXIDINE SOLUTION AND GEL ON SHEAR BOND STRENGTH OF METALIC ORTHODONTIC BRACKETS Erna Sulistyawati; Malayati
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 3 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.403 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i3.1702

Abstract

Khlorheksidin adalah anti bakterial yang sering digunakan oleh pasien ortodonti untuk mencegah gigi berlubang. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan pengaruh larutan khlorheksidin dan gel terhadap kekuatan perlekatan breket logam ortodonti. Pada penelitian ini digunakan 50 sampel gigi premolar pertama rahang atas manusia yang telah dicabut dan dibersihkan, kemudian dikelompokkan menjadi 5 kelompok secara acak. Kelompok I merupakan kelompok kontrol, kelompok 2 mendapat aplikasi 0,2% larutan khlorheksidin, kelompok 3 mendapat aplikasi 0,2% gel khlorheksidin, kelompok 4 mendapat aplikasi 0,12% larutan khlorheksidin, dan kelompok 5 mendapat aplikasi 0,12% gel khlorheksidin. Langkah pertama, semua gigi dibersihkan dengan pumice non-fluoried. Kemudian diaplikasikan dengan khlorheksidin kelompok masing-masing. Semua gigi dietsa dengan 37% asam phospor, kemudian breket logam ortodonti dibonding ke setiap gigi dengan cara yang sama. Data dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA, dan Post Hoc LSD. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p< 0,007). Kelompok 3 memiliki nilai kekuatan geser perlekatan yang paling besar (mean 6,94 ± 3,46 MPa), kemudian disusul oleh kelompok 5 (mean 6,77 ± 3,47 MPa), kelompok 2 (mean 4,12 ± 1,67 MPa), kelompok 4 (mean 3,75 ± 2,27 MPa), dan kelompok 1 ( mean 3,62 ± 1,66 MPa). Sebagai kesimpulan, penggunaan gel khlorheksidin secara signifikan akan menambah kekuatan geser perlekatan, namun penggunaan larutan khlorheksidin tidak berpengaruh signifikan terhadap kekuatan geser perlekatan.
EFEK OPSONISASI SERUM TERHADAP AKTIVITAS FAGOSITOSIS SEL MAKROFAG YANG TERPAPAR AGREGAT BAKTERI ACTINOMYCETEMCOMITANS SETELAH PEMBERIAN MINYAK ATSIRI TEMU PUTIH: EFFECT OF SERUM OPSONIZATION ON THE ACTIVITY OF MACROPHAGE CELL PHAGOCYTOSIS EXPOSED TO ACTINOMYCETEMCOMITANS AFTER ADMINISTRATION OF CURCUMA ZEDORIA VOLATILLE OIL Juni Handajani
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 3 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.636 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i3.1703

Abstract

Makrofag sebagai sel fagosit mononuklear berperan dalam respons imun innate dan adaptif. Ekstrak polisakarida temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) secara in vitro diketahui dapat meningkatkan aktivitas fagositosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek opsonisasi serum terhadap aktivitas fagositosis sel makrofag yang telah diinduksi minyak atsiri temu putih. Subjek penelitian adalah 10 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi 2 kelompok (perlakuan dan kontrol), masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor. Kelompok perlakuan diberi minum minyak atsiri temu putih dosis 30,6 μl/ml dan kelompok kontrol diberi akuabides selama 14 hari pada hari ke-7. Gingiva anterior rahang bawah tikus diolesi A. actinomycetemcomitans sebanyak 100 μl dalam CMC 2% setelah pemberian minum. Pada hari ke-15, tikus pada masing-masing kelompok dianestesi lalu diambil darahnya dari plexus retroorbitalis untuk pembuatan serum. Latex beads diinkubasi dalam serum tikus selama 1 jam. Uji fagositosis makrofag peritoneal dilakukan terhadap latex beads teropsonisasi. Pewarnaan menggunakan Giemsa 20% lalu dilakukan pengamatan aktivitas fagositosis dengan menghitung indeks dan prosentase fagositosis di bawah mikroskop cahaya. Data dianalisis menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna efek opsonisasi serum terhadap aktivitas fagositosis sel makrofag yang telah diinduksi minyak atsiri temu putih (p< 0,05). Sebagai kesimpulan, opsonisasi serum mampu meningkatkan aktivitas fagositosis sel makrofag yang telah diinduksi minyak atsiri temu putih.
DESKRIPSI RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MAKSILA DENGAN POSISI VERTIKAL DAN HORIZONTAL: DESCRIPTION OF PANORAMIC RADIOGRAPHY WITH VERTICAL AND HORIZONTAL POSITION IN THE MAXILLA Cek Dara Manja
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 3 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.655 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i3.1704

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi posisi kepala untuk menghasilkan distorsi minimal pada maksila secara vertikal dan horizontal dengan menggunakan radiografi panoramik konvensional dan digital. Penelitian menggunakan satu buah tengkorak yang dipasangi staples secara vertikal dan horizontal. Pengukuran dilakukan pada lima radiografi panoramik konvensional dan lima radiografi panoramik digital (masing-masing posisi 00, +50, +100, -50, -100), pada maksila yang terdapat gambaran garis radiopak vertikal dan horizontal (alveolar daerah 11, 13, 15, 17, 21, 23, 25, 27). Pengukuran gambaran garis radiopak vertikal dan horizontal pada radiografi panoramik konvensional (manual) menggunakan jangka digital dan pada radiografi panoramik digital (computerized) menggunakan perangkat lunak EZ menu measurement. Dilakukan penghitungan persentase gambaran garis radiopak vertikal dan horizontal pada radiografi panoramik konvensional dan digital maksila. Kemudian membandingkan hasil pengukuran radiografi panoramik konvensional dan digital dengan hasil pengukuran sebenarnya pada tengkorak. Hasil penelitian menunjukkan persentase distorsi minimal pada radiografi panoramik konvensional dan digital berbeda pada masing-masing alveolar daerah maksila. Persentase distorsi minimal alveolar daerah posterior pada radiografi panoramik konvensional adalah pada posisi +100 sebesar 3,03% dan radiografi panoramik digital pada posisi 00 sebesar 1,35%. Sebagai kesimpulan, deskripsi posisi untuk menghasilkan distorsi minimal pada maksila secara vertikal dan horizontal pada radiografi panoramik konvensional adalah +100 dan pada panoramik digital adalah 00.
PERBEDAAN PENURUNAN SKOR PLAK ANTARA PENYIKATAN GIGI DENGAN CARA MEMEGANG SIKAT GIGI TEKNIK DISTAL OBLIQUE, SPOON, DAN POWER GRIP: DIFFERENCES OF PLAQUE SCORE REDUCED BETWEEN BRUSHING TEETH BY HOLDING TOOTH BRUSH DISTAL OBLIQUE, SPOON AND POWER GRIP TECHNIQUE Lina Natamiharja; Chrisnatalio Sitinjak
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 3 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.326 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i3.1705

Abstract

Kontrol plak secara mekanis telah terbukti merupakan cara yang paling praktis dan efektif untuk mencapai dan menjaga kebersihan mulut. Beals dkk. menyatakan ada 4 macam cara memegang sikat gigi yaitu distal oblique, oblique, power, precision dan spoon grip. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara memegang sikat gigi mana yang paling efektif dalam menyingkirkan plak. Desain penelitian ini adalah “pre and post test group”. Sebanyak 90 orang mahasiswa FKG-USU dibagi secara random menjadi 3 kelompok yaitu yang menyikat gigi dengan cara memegang sikat gigi spoon grip, distal oblique grip dan power grip. Sebelum menyikat gigi, peserta dilatih cara memegang sikat gigi pada model gigi. Kemudian diminta mengunyah biskuit selama 1 menit dan berkumur air selama 15 detik. Kemudian dilakukan pemeriksaan skor plak dengan indeks plak Loe dan Silness dan menggunakan pewarna plak. Selanjutnya diminta untuk menyikat gigi selama 2 menit dengan sikat gigi merek Pepsodent tanpa pasta gigi sesuai dengan kelompok cara memegang sikat gigi. Setelah itu diinstruksikan berkumur selama 15 detik dan dilanjutkan dengan pemeriksaan skor plak. Analisis data dilakukan dengan Uji Anova. Hasil penelitian menunjukkan pada ketiga kelompok ada penurunan skor plak yang berbeda, menyikat gigi dengan cara memegang sikat gigi distal oblique selisih skor plaknya 0,58 ± 0,28, spoon grip 0,20 ± 0,19 dan power grip 0,51 ± 0,20. Secara statistik ada perbedaan bermakna (p= 0,000). Sebagai kesimpulan, menyikat gigi dengan cara memegang sikat distal oblique lebih efektif dibandingkan dengan spoon dan power grip dalam menurunkan skor plak.
PERBEDAAN TENSILE BOND STRENGTH RESIN KOMPOSIT BERBASIS SILORANE DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM ADHESIF YANG BERBEDA PADA RESTORASI KLAS I: DIFFERENCE OF TENSILE BOND STRENGTH OF SILORANE BASED RESIN COMPOSITE BY USING DIFFERENT ADHESIVE SYSTEMS IN CLASS I RESTORATION Cut Nurliza; Bunga Indah Sary
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 3 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.748 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i3.1706

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tensile bond strength resin komposit berbasis silorane terhadap dentin dengan menggunakan bahan adhesif self-etch two-step yang berbeda (Silorane System Adhesive dan Adper SE Plus) pada restorasi klas I premolar bawah. Sampel berjumlah 32 buah gigi premolar satu dan dua rahang bawah yang diekstraksi untuk keperluan ortodonti, terdiri atas dua kelompok perlakuan yaitu kelompok I diaplikasikan sistem adhesif self-etch two-step (Silorane System Adhesive) dengan resin komposit berbasis silorane. Kelompok II diaplikasikan sistem adhesif self-etch two-step (Adper SE Plus) dengan resin komposit berbasis silorane. Gigi direstorasi di permukaan oklusal, dan dipotong sampai batas servikal. Permukaan oklusal sampel ditumpat dengan resin komposit menggunakan sistem adhesif sesuai kelompok. Semua sampel ditanam dalam tabung plastik berdiameter 13 mm dan tinggi 17 mm berisi self curing acrylic. Sampel diuji tarik dengan menggunakan alat uji tarik Torsee`s Electronic System Universal Testing Machine (2tf “Senstar”, SC-2-DE, Tokyo-Japan) dengan beban maksimal 200 kgf, dengan kecepatan regangan 1 mm/detik. Kelompok I yang menggunakan bahan adhesif Silorane System Adhesive dengan resin komposit silorane (Filtek P90) memiliki nilai rerata tensile bond strength sebesar 552,96 ± 109.88 N. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan kelompok II yang menggunakan bahan adhesif self-etch (Adper SE Plus) dengan resin komposit silorane (Filtek P90 ), yaitu sebesar 478.48 ± 87,67 N. Analisis statistik menggunakan uji t ( t-test ). Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan secara signifikan (p< 0,005 ). Restorasi pada sampel kelompok II (Adper SE Plus) lebih banyak yang lepas dibandingkan dengan kelompok I (Silorane System Adhesive). Sebagai kesimpulan, ada perbedaan tensile bond strength resin komposit berbasis silorane dengan menggunakan bahan adhesif self-etch two-step yang berbeda (Silorane System Adhesive dan Adper SE Plus).
EFEKTIVITAS PENGARUH TERAPI OIL PULLING MENGGUNAKAN MINYAK BUNGA MATAHARI TERHADAP JUMLAH BAKTERI DALAM SALIVA: EFFECTIVITY OF OIL PULLING THERAPY USING SUNFLOWER OIL ON BACTERIA COUNT IN SALIVA Rika Mayasari Alamsyah; Gema Nazri Yanti; Vidyavati Krishnan Kumaran
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 3 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.782 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i3.1707

Abstract

Oil pulling merupakan salah satu cara untuk menyingkirkan bakteri yang tersembunyi di rongga mulut. Terapi oil pulling adalah modifikasi berkumur dengan minyak yang berasal dari pengobatan Ayurveda ribuan tahun yang lalu. Terapi ini dilakukan dengan berkumur sejumlah minyak selama 5-8 menit dan dengan demikian minyak yang dikumur dapat menarik keluar bakteri-bakteri yang tersembunyi di celah gigi dan poket gingival. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas terapi oil pulling dengan menggunakan minyak bunga matahari terhadap jumlah bakteri dalam saliva pada mahasiswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental klinis dengan rancangan pre-test dan post-test. Penelitian ini dilakukan pada 20 orang mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi. Sampel secara random dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan melakukan terapi oil pulling dan kontrol dengan berkumur akuades. Sebelum memulai penelitian sampel saliva dari kedua kelompok diperiksa kemudian kelompok perlakuan diberi sesendok makan minyak bunga matahari sedangkan kelompok kontrol diberi akuades. Kedua kelompok berkumur selama 5 menit dan kemudian sampel air kumur diambil. Sampel saliva bercampur air kumur kemudian dibawa ke laboratorium untuk diinkubasi dan dihitung jumlah bakteri. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Mann-Whitney dan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan jumlah bakteri yang signifikan dalam saliva antara sebelum dan sesudah melakukan terapi oil pulling (p< 0,005), sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan tidak ada perbedaan jumlah bakteri yang signifikan dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur akuades (p= 0,071). Sebagai kesimpulan, terapi oil pulling efektif dalam menarik bakteri dalam rongga mulut dan sekaligus menjaga kesehatan rongga mulut.
PENGARUH PENAMBAHAN FIBER GLASS REINFORCED TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN STABILITAS WARNA BAHAN BASIS GIGI TIRUAN NILON TERMOPLASTIK : EFFECT OF FIBER GLASS REINFORCED ADDITION TO WATER SORPTION AND COLOR STABILITY THERMOPLASTIC NYLON DENTURE BASE MATERIAL Ariyani; Haslinda Tamin; Muhammad Indra
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 3 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.495 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i3.1714

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan fiber glass reinforced terhadap penyerapan air dan stabilitas warna serta korelasi antara penyerapan air dan stabilitas warna pada bahan basis nilon termoplastik. Jenis penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris, dengan sampel nilon termoplastik berbentuk silindris berukuran diameter 15 + 1 mm dan ketebalan 0,5 + 0,1 mm. Jumlah sampel adalah 27 dengan 9 sampel untuk setiap kelompok. Sampel dilakukan pengujian nilai penyerapan air dan stabilitas warna. Untuk mengetahui pengaruh penambahan fiber glass reinforced terhadap penyerapan air dan stabilitas warna dilakukan uji statistik Anova dan Uji-Pearson untuk melihat korelasi antara penyerapan air dan stabilitas warna pada setiap kelompok. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penambahan fiber glass reinforced pada bahan basis nilon termoplastik terhadap penyerapan air (p= 0,005) dan terhadap stabilitas warna (p= 0,042). Berdasarkan uji Pearson tidak ada korelasi antara penyerapan air dan stabilitas warna untuk setiap kelompok, kelompok tanpa fiber dengan r= 0,241; p= 0,532, kelompok fiber 1% dengan r= -0,170; p= 0,965 dan pada kelompok fiber 1,5% dengan r= -0,591; p= 0,094. Nilai koefisien korelasi (r) pada kelompok fiber 1% dan fiber 1,5% adalah negatif, artinya ada kecenderungan hubungan yang berlawanan antara penyerapan air dan stabilitas warna. Sebagai kesimpulan, penambahan fiber glass reinforced 1% dan 1,5%, dapat menurunkan nilai penyerapan air dan meningkatkan stabilitas warna bahan basis gigi tiruan nilon termoplastik.
PENGARUH LAMA DESINFEKSI DENGAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI DAN JUMLAH CANDIDA ALBICANS BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS: DISINFECTION DURATION EFFECT OF MICROWAVE ENERGY TO DIMENSIONAL CHANGE AND QUANTITY OF CANDIDA ALBICANS ON HEAT POLYMERIZATION ACRYLIC RESIN DENTURE BASE Putri Welda Utami Ritonga; Haslinda Tamin; Dwi Suryanto
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 3 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.965 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i3.1716

Abstract

Metode desinfeksi dengan energi microwave merupakan metode yang efektif karena dapat membunuh beberapa mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama desinfeksi dengan energi microwave terhadap perubahan dimensi dan jumlah Candida albicans basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas serta korelasi antara perubahan dimensi dan jumlah Candida albicans basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas terhadap lama desinfeksi dengan energi microwave. 64 sampel resin akrilik polimerisasi panas berbentuk batang uji berukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm digunakan pada penelitian ini, dan dibagi menjadi 4 kelompok untuk pengukuran perubahan dimensi dan 4 kelompok untuk penghitungan jumlah Candida albicans, yaitu masing-masing 8 sampel didesinfeksi dengan microwave berdaya 800 watt selama 2, 3, 4 menit dan kontrol. Data dianalisis dengan uji Anova satu arah dan Pearson. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh lama desinfeksi dengan energi microwave terhadap perubahan dimensi basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan nilai p= 0,001, dan terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan nilai p= 0,001, namun tidak ada korelasi antara perubahan dimensi dan jumlah Candida albicans untuk setiap kelompok. Sebagai kesimpulan, desinfeksi dengan energi microwave dapat dilakukan dalam 3 menit dengan daya 800 watt, karena efektif mendesinfeksi basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan perubahan dimensi yang terjadi masih termasuk dalam batas toleransi.
FAKTOR RISIKO KEPARAHAN GINGIVAL LEAD LINE PADA PETUGAS SPBU DI MEDAN : RISK FACTORS OF GINGIVAL LEAD LINE SEVERITY OF GAS STATION EMPLOYEE IN MEDAN Siska Ella Natassa; Rika Mayasari Alamsyah; Raja Arief Rahman Siregar
Dentika: Dental Journal Vol. 17 No. 3 (2013): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.951 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v17i3.1723

Abstract

Timbal/Plumbum (Pb) adalah salah satu hasil emisi gas buang kendaraan bermotor yang dapat terhirup manusia. Keracunan timbal kronis pada rongga mulut dapat diamati dengan terbentuknya gingival lead line. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan oral higiene dan masa kerja dengan terjadinya gingival lead line pada pegawai SPBU di Medan. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Untuk mengetahui hubungan skor OHIS dan masa kerja dengan keparahan gingival lead line digunakan uji chi-square. Sampel berjumlah 57 orang yang diambil secara purposif. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi derajat gingival lead line ringan 40,4%, sedang 14%, dan keparahan berat 8,8%. Petugas SPBU yang mempunyai skor indeks Oral Hygiene Simplified (OHIS) baik menderita gingival lead line ringan 25% dan selebihnya normal 75%. Petugas SPBU yang mempunyai skor OHIS sedang mengalami gingival lead line ringan 47,2%, sedang 22,2%, dan berat 5,56%. Petugas SPBU yang mempunyai skor OHIS buruk mengalami gingival lead line berat 60% dan ringan 40%. Petugas SPBU dengan masa kerja singkat mengalami derajat gingival lead line ringan 45%, sedang 15%, berat 5%, dan tidak mengalami 35%. Petugas SPBU dengan masa kerja lama mengalami gingival lead line ringan 27%, sedang 43,2%, berat 16,2%, dan tidak mengalami gingival lead line 13,5%. Ada hubungan yang signifikan antara skor OHIS dengan derajat keparahan gingival lead line (p= 0,000). Demikian juga ada hubungan masa kerja dengan derajat keparahan gingival lead line (p= 0,036). Sebagai kesimpulan, oral higiene dan masa kerja memperparah gingival lead line pada petugas SPBU.

Page 1 of 2 | Total Record : 20